Nagawutung, IndonesiaSurya.com – SMAN 1 Nagawutung terpilih sebagai salah satu dari tiga sekolah model Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal ini diwujudkan melalui Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Bencana: Pembentukan dan Pelatihan Relawan Tangguh Bencana yang digelar selama dua hari, 19-20 Agustus 2025, di Aula SMAN 1 Nagawutung.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT, bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Lembata, sebagai upaya membangun kesiapsiagaan warga sekolah dalam menghadapi potensi bencana.
Sekolah di Daerah Rawan Bencana Perlu Edukasi Mitigasi
Dalam sambutannya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata, Yohanes Gregorius Solan Demo, ST, MM, menyampaikan apresiasi kepada BPBD Provinsi NTT yang telah memilih Lembata sebagai lokasi pelatihan.
"Selain SMAN 1 Nagawutung, ada dua sekolah lain yang menjadi percontohan, yakni SMA Frater Don Bosco Lewoleba dan SMKN 1 Atadei. Kegiatan ini penting sebagai bekal pengetahuan bagi warga sekolah dalam pencegahan dan mitigasi bencana," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa program ini akan menjadi bagian dari laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bupati Lembata kepada Kementerian Dalam Negeri, menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan ketangguhan bencana.
Sementara itu, Patrisius Beyeng, S.Pd, Kepala SMAN 1 Nagawutung, menyampaikan terima kasih atas dipilihnya sekolahnya sebagai salah satu lokasi pelatihan.
"Nagawutung, khususnya Loang, merupakan daerah rawan bencana. Karena itu, kami sangat berterima kasih atas kesempatan ini. Kami siap menjadi Relawan Tangguh Bencana dan berkomitmen untuk melanjutkan program ini, salah satunya dengan kegiatan rutin setiap Jumat," tegasnya.
Sebagai bentuk dukungan, BPBD Provinsi NTT menyerahkan bantuan peralatan kebencanaan berupa rambu penunjuk arah, rompi, megafon, poster, plakat, dan PIN kepada SMAN 1 Nagawutung.
Pemaparan Materi dan Simulasi Mitigasi Bencana
Setelah seremonial pembukaan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari para narasumber. Kristian Gelan, perwakilan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi NTT, memaparkan konsep Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Ia menekankan pentingnya integrasi pendidikan kebencanaan dalam kurikulum sekolah.
Selanjutnya, Yohanes Gregorius Solan Demo yang akrab disapa Andris Koban, memfokuskan materinya pada Pembentukan Tim Siaga Bencana Sekolah. Ia menjelaskan langkah-langkah membentuk tim yang responsif dan terlatih dalam situasi darurat.
Tak hanya teori, peserta juga langsung mempraktikkan simulasi pencegahan dan mitigasi bencana yang dipandu oleh tim BPBD Kabupaten Lembata. Simulasi ini meliputi prosedur evakuasi, pertolongan pertama, dan koordinasi saat terjadi bencana
Komitmen Bersama Wujudkan Sekolah Tangguh Bencana
Pelatihan ini tidak hanya sekadar seremonial, melainkan langkah nyata dalam membangun budaya siaga bencana di lingkungan sekolah. Dengan adanya Tim Siaga Bencana Sekolah, diharapkan SMAN 1 Nagawutung dapat menjadi contoh bagi sekolah lain di Lembata dalam upaya pengurangan risiko bencana.
"Kami berharap pengetahuan yang didapat hari ini tidak berhenti di sini, tetapi terus diimplementasikan dan disebarluaskan kepada seluruh warga sekolah," tutup Patrisius Beyeng.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, Lembata semakin siap menghadapi tantangan bencana di masa depan. (Hans/Humas SMANSA Naga)