Indonesiasurya.com, Bima - Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah perjalanan panjang bagi bangsa Indonesia. Dalam delapan dekade itu, kita telah merdeka dari kolonialisme, menegakkan republik, dan membangun demokrasi, meski terseok di berbagai babak sejarah. Namun tahun ini, perayaan kemerdekaan diwarnai polemik yang tak biasa: *berkibarnya bendera bajak laut One Piece di tengah euforia HUT RI* (Minggu, 3/8/2025)
Sebagian menilai hal ini remeh, bahkan lucu. Sebagian lagi murka dan menganggapnya penghinaan terhadap sakralitas simbol negara. Perdebatan tak terhindarkan, dan seperti biasa, media sosial menjadi medan utama adu tafsir nasionalisme.
Tapi marilah kita bertanya lebih dalam: *mengapa bendera fiksi seperti panji Topi Jerami begitu populer di kalangan anak muda?*
Jawabannya mungkin sederhana, namun penting: *karena simbol itu berbicara dalam bahasa mereka.* Dalam dunia One Piece, bendera itu bukan sekadar tanda bajak laut, melainkan lambang tekad, kebebasan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Nilai-nilai itu, sejatinya, tak jauh dari semangat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Tentu saja, bendera Merah Putih adalah satu-satunya bendera negara. Ia tak bisa dan tak boleh digantikan. Namun munculnya simbol-simbol alternatif bukan serta-merta tanda lunturnya nasionalisme, melainkan bentuk transformasi ekspresi generasi baru yang tumbuh di tengah budaya global.
Kita tidak sedang menghadapi pemberontakan simbolik. Kita sedang menyaksikan *upaya generasi muda merayakan kemerdekaan dengan cara yang mereka pahami dan, mungkin, mereka cintai.*
Tugas kita bukan mengecam atau menindas ekspresi mereka, tapi membimbingnya. Menjelaskan bahwa bendera Merah Putih adalah lambang kedaulatan, dan bahwa perjuangan bangsa tak bisa digantikan oleh narasi fiksi. Namun di saat yang sama, kita harus membuka ruang dialog. Karena jika anak-anak muda merasa bahwa hanya dunia fiksi yang mewakili impian mereka bukan negara ini maka ada yang salah dalam cara kita mendidik makna kemerdekaan.
Negara ini tidak akan kehilangan martabatnya hanya karena sebuah panji anime dikibarkan di gang-gang sempit kota. Tapi negara bisa kehilangan jiwanya jika tak lagi mampu berbicara dalam bahasa generasi yang akan mewarisinya.
Maka di hari kemerdekaan ini, mari kita rayakan bukan hanya apa yang telah kita capai, tapi juga apa yang perlu kita perbaiki. Merah Putih akan terus berkibar dan semoga semangat kebebasan yang dikandungnya juga tetap hidup, bahkan jika diucapkan dengan gaya dan simbol yang berbeda.
Karena sejatinya, kemerdekaan bukan hanya tentang siapa musuh kita, tetapi tentang siapa yang masih merasa rumah ini layak diperjuangkan.