Lewoleba,Indonesiasurya.com - Erupsi eksplosif Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan tinggi kolom letusan mencapai 5.000 meter di atas puncak, atau sekitar 6.584 meter di atas permukaan laut (Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), telah melumpuhkan kehidupan populasi, membuyarkan mimpi, serta meninggalkan kesunyian panjang atas tanah yang telah melahirkan dan menghidupkan banyak generasi. OSIS SMKN 1 Lewoleba dalam keterbatasannya telah berupaya memberi diri untuk meringankan beban sama saudara terdampak, Sabtu (9/11/2024).
Tanggap darurat bencana sudah pasti menjadi prioritas saat ini. Tidak hanya bagi otoritas setempat, tetapi hampir di semua kalangan. Pasca meletusnya gunung Ile Lewotobi, Senin pekan lalu (4/11/2024), para pengurus OSIS SMKN 1 Lewoleba menginisiasi sebuah gerakan ‘bela rasa’ dengan turun ke jalan-jalan menyapa para pengendara dan pejalan kaki, menemui orang-orang pasar, serta mendatangi para pemilik toko dan kios di sepanjang jalan kota. Di bawah terik matahari teramat menyengat, mereka menggendong harapan dalam kotak bertuliskan ‘Donasi untuk Bencana Ile Lewotobi’. Wajah-wajah belia itu tak menyurut senyum karena keyakinan mereka begitu besar akan cinta dan ketulusan yang akan datang.
“Spontanitas kami untuk melakukan gerakan ini semata-mata karena kami ingin terlibat dalam kesulitan para korban bencana. Mereka tidak memiliki apa-apa saat ini. Kami yakin banyak masyarakat memiliki kepedulian yang sama, karena itu kami memberanikan diri untuk meminta dukungan dalam bentuk sedikit uluran tangan,” tandas Yoseph Lisu selaku Ketua Osis SMKN 1 Lewoleba.
Dua hari berjalan seakan menjemput berkat. Kotak-kotak gendongan mereka telah terisi cinta orang-orang yang peduli. Tidak ketinggalan juga para warga sekolah mengumpulkan bagian perhatian mereka. Donasi yang mereka kumpulkan, kemudian dibelanjakan dalam bentuk barang untuk dihantar langsung ke kamp-kamp pengungsian sebagai bentuk kepedulian dari Keluarga Besar SMKN 1 Lewoleba. .
Kristina Dudeng, ST, Kepala SMKN 1 Lewoleba, dalam kesempatan pelepasan Rombongan Aksi Solidaritas Bencana mengatakan, “Keluarga besar SMKN 1 Lewoleba, melalui tangan-tangan kecil peserta didik kami, memberikan sedikit donasi untuk sama saudara yang menjadi korban erupsi gunung Lewotobi yang berada di kamp-kamp pengungsian dan rumah-rumah penduduk. Kami memberi dari kekurangan, karena duka sama saudara adalah juga duka kami. Kami mendoakan semoga bumi dan gunung Lewotobi cepat pulih. Kami juga berbelasungkawa bagi kesembilan korban erupsi gunung Ile Lewotobi, semoga arwah mereka diterima di sisi kanan Tuhan.”
“Sekolah sangat mendukung gerakan OSIS ini karena dalam konteks pembentukan karakter peserta didik, inilah kesempatan bagi mereka untuk belajar memahami orang lain dan merasakan penderitaan sesama. Kami menyampaikan limpah terima kasih kepada masyarakat Lembata, khususnya warga kota Lewoleba yang telah menunjang aksi peserta didik kami,” komentar Agus Buran dalam kapasitasnya sebagai Wakasek Kesiswaan.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap frekuensi penerimaan bantuan di beberapa titik pengungsian, Rombongan Aksi Solidaritas SMKN 1 Lewoleba menyasar bantuannya di pusat pengungsian yang berlokasi di Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Floses Timur.
Setelah melaporkan diri di Posko Utama desa Bokang Wolomatang, rombongan bergerak menemui para pengungsi untuk menyerahkan langsung bantuan. Secara tak terduga, suasana penyerahan berlangsung sangat haru.
“Kami tidak menyangka, yang datang mengunjungi kami saat ini adalah anak cucu kami sendiri. Kita sama-sama orang Lembata. Musibah telah mempertemukan kita,” kata Bernadus Baha Bean, putera kelahiran Tobilolong, Kecamatan Atadei, Lembata.
Mewakili semua pengungsi yang berada lokasi yang sama, Bernadus mengucapkan limpah terima kasih atas perhatian, uluran tangan dan kehadiran anak-anak bagi mereka yang sedang merasa kehilangan. Empati dari anak-anak dengan usia terbilang muda, justru menimbulkan keterharuan.
“Kami juga menitipkan salam dan doa bagi Kepala Sekolah, para guru dan pegawai, serta peserta didik yang berada di Lembata. Semoga kita tetap saling mendoakan,” lanjut Bernadus.
Usai dari pergerakan itu, Rombongan Aksi Solidaritas SMKN 1 Lewoleba, kembali dengan membawa kenangan tetang perjumpaan dalam sekelumit waktu. Mereka telah melihat dan menyapa anak-anak yang memeluk kepedihan dalam ketidaktahuannya.
Mereka juga menampung keluh para orang tua yang merasa kehilangan ‘daya’ bersama ambruknya semua jerih payah mereka. Bahkan, mereka sedang dengan kekhawatiran, jika nanti menemui tempat yang baru mereka tak memiliki jaminan untuk memulai, hingga pada saatnya dapat berdiri sendiri. Semoga semua bentuk perhatian terberi, memampukan mereka tetap survive.